::::::::Catatan Kaki: Senyum Kejujuran....::::::::

Catatan Kaki



Secarik catatan kaki yang aku tuliskan akan membawa kembali merenungi hari-hari yang sempat dilalui dengan berbagai macam perasaan

Senyum Kejujuran....

S ebelum saya menulis beberapa kalimat ini. Yang menginspirasiku adalah 2 bocah kecil yang menaiki pagar besi rumah. Ketika saya hendak berwudlu, aku melihat teman satu kosku mau menutup pagar kos yang terbuat dari besi, pagar yang dapat digeser karena memiliki roda di bagian bawah. Sebelum dia mau menggeser untuk menutup pagar itu, ada dua bocah yang memohon untuk menaiki pagar itu dan setelah itu barulah menyuruh si kakak tadi mendorong pagar agar mereka bisa menaiki pagar yang menggelinding. Ketika pagar mulai di gerakkan dan menggelinding rodanya, dua bocah tadi tertawa dengan lucu dan lugunya. Seketika aku melihat, aku tersenyum karena melihat kedua bocah itu.

Dari peristiwa itu lalu terbesit dalam pikiranku untuk kembali menjadi anak kecil lagi. Aku membayangkan sewaktu aku masih kecil, sewaktu aku taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Sungguh menyenangkan waktu itu. Semua kejujuran terpancarkan dari seorang bocah. Yang kurasakan waktu itu hanyalah bermain dan aku senang. Tapi terkadang ketika ada orang dewasa melakukan hal-hal yang yang kita belum boleh lakukan, aku merasa ingin cepat menjadi orang dewasa. Dan selalu terbesit keinginan agar cepat besar dan bisa melakukan lebih banyak hal tanpa larangan dari orang-orang. Masih inggat jelas ketika pertama kali aku ingin menyalakan api, ayahku melarang. Terus aku melihat orang-orang lainnya bisa menggunakannya, tapi kenapa aku dilarang. Sungguh ketika kejadian-kejadian seperti itu, ingin sekali aku segera besar dan melakukan hal-hal yang selalu dilarang oleh orang tuaku dengan alasan karena aku anak kecil.



Namun setelah usiaku hampir 20 ini, justru melihat 2 bocah yang berayun di pagar tadi, membuat aku ingin menjadi bocah lagi, aku ingin menaiki sepeda kecilku dan mengayuhnya sekencang-kencangnya dan merasakan setiap dorongan angin yang mengenai wajahku. Disitu aku melihat seyuman anak-anak yang sangat khas, penuh dengan kejujuran.

Tapi memang seperti ini lah hidup ini. Rodanya selalu berputar dan tak akan kembali lagi. Sekarang aku sudah hampir berumur 20. Dan aku memang bisa melakukan hal-hal yang dari dulu ingin aku lakukan sejak anak-anak. Namun perasaan gembira itu malah tidak sebesar sewaktu aku masih kecil, sewaktu aku malah masih dilarang untuk berbuat ini dan itu. Kesalahan yang dulu aku tidak pikirkan sewaktu masih kecil dan ingin cepat menjadi dewasa adalah tanggung jawab. Dulu aku tidak berpikir kalau seiring bertambahnya usia kita semakin banyak tanggung jawab yang akan kita bawa. Ketika dulu kita pulang dan meminta makan dan disediakan, sekarang aku harus mencari nasi sendiri untuk menyuapkan kedalam mulutku. Saat aku melakukan kesalahan, orang tuaku yang sibuk untuk memperbaikinya, akupun tenang-tenang saja. Semua hal bahkan sampai dengan kepentingan diriku sendiri bukan aku yang menanggungnya.
Tapi semenjak mulai semakin banyak tanggung jawab, semakin kita harus mampu berusaha untuk berdiri sendiri, semakin kita memiliki banyak pilihan untuk melakukan hal, semakin susahlah apa yang kita hadapi. Semakin banyak pikiran dalam otak ini. Maka semakin pudarlah senyuman khas anak kecil itu.

SENYUMAN KEJUJURAN

0 komentar:

Posting Komentar

Label

Diri Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Saya tidak hanya makhluk Tuhan tetapi juga hamba, budak, pekatiknya Tuhan.

Translate